Minggu, 01 November 2009

Malam - malam rapuh

"Nyawa-nyawa bersarang
dalam jaring laba-laba yang rapuh,
menanti untuk menjadi santapan para penggoda
dengan istana indah sebagai teman
kematian yang menyakitkan"


[Bee - fantasi dalam imajinasi]

Teraniaya dalam kehidupan luntang-lantung mencari hidup yang tidak pasti pada dunia ini. Hitam gelap menyelimuti kalbu bagai sosok yang terbalut dengan sutra dan tidak ingin berontak untuk terlepas karna terkekang dalam kelembutan. Hidup bagai air berjalan mengikuti arus jaman, kematianpun tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan.

Tanah makam, awal ia diberikan nama panggilan oleh beberapa orang yang aku rasa mereka pantas jika dipanggil dengan comberan. Keluguan dalam jiwaku yang tersusun rapih dengan keseronokan, selengean dan ugal-ugalanku walau tidak dapat menutup kepolosan yang ada, tapi mampu membuat sebagian dari mereka menyegani sikapku yang mudah bergaul.

Aku jadikan ia (Tanah makam) pasangan dalam hari-hariku kemarin agar tidak ada lagi cercaan dan hinaan untuknya setidaknya sebutan itu tidak lagi bebas berkeliaran ditelinga-telinga para munafik yang membutuhkan kehangatan.

Malam dimulainya Januari pada tahun itu, menjadi hari yang bersejarah sesungguhnya, tapi tidak kuinginkan sebenarnya dalam hidupku akan menyatunya hubungan.

Kegemerlapan dunia malam dengan musik-musik yang selalu membuatku tidak mampu untuk berhenti berdansa dan menghibur diri dengan suguhan minuman yang membuatku semakin terbuai dan melupakan sekitar yang menyaksikanku. Aku teriak "Uuuuuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiiii" bersamaan dengan dentuman Bass yang menggetarkan dadaku dari lantunan nada-nada ngebeat beraliran hiphop dari salah satu penyanyi ternama membuatku semakin bergairah.

Duniaku dimasa depan tidak pernah terfikirkan, bahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang dibanggakanpun hampir tidak pernah singgah dalam hayalanku.

Hidup yang aku jalani adalah semua hayalan-hayalan indah yang nyata.
Dia (musik-musik) selalu mengajakku terbang kelangit bersama bidadari-bidadari malam dengan hembusan-hembusan nafasnya yang selalu ingin aku rasakan menggodaku untuk terbang lebih tinggi lagi.

Tahukah apa yang aku rasa..?
Aku hanya sosok tubuh yang bergerak tanpa nurani dan hati..
Aku hanya nafsu yang selalu diinginkan disaat angin-angin semakin menusuk..
Aku hanya belaian dalam tidur setiap bidadari..
Aku tidak merasakan pernah ada dalam ketiadaan sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More