Minggu, 01 November 2009

Benua Yang lalu

Hadir dalam ragaku
meresap bagai air disela-sela tembok kering yang akhirnya lembab

Berjalan beriringan
saling bertatap dan memberi kehangatan
terus tanpa henti sampai garis tlah putus memisahkan antara jalanku dan jalanmu

Cerita yang ku baca membuat mataku meneteskan setitik air
Perasaanku terasa pilu, juga hatiku begitu sangat terasa tersentuh
Pada tetesannya, aku tersenyum sedikit mengangkat dagu

Melihat alisku yang tak beraturan, lepek dari air yang membasahinya
Kakiku bergetar dingin di musim panas, sementara tanganku ingin memeluk

Air apa yang membasahi alisku
sedangkan tetesan air mata jatuh di pipi
Hujanpun belum turun juga walau mendung telah menutup seluruh bumi

Mengapa aku ?

Aku adalah masalalu, yang menjadi mahluk gaib di benakmu
Aku adalah embun, di antara derasnya hujan
Aku selalu berharap menjadi sebatang lilin dalam kegelapan
Mencoba menjadi yang terbaik yang pernah kau miliki
Menjadi payung saat kau hendak berjalan
Dan aku takan bisa menjadi kembang api yang cerah untuk dirimu

Hapuslah tulisan riwayat ini wahai malaikat
hilangkan ingatan itu dari benaknya
jadikanlah aku mimpi terindahnya
saat kenyataan tak mampu membawa cinta pada harapan

anggap semua tak pernah ada dalam cerita
biar aku tutup buku ini dengan nafasku

Benua yang lalu bukan menjadi kampung halamanku
tapi aku kan tetap mengingatnya dan pernah menjadikan benua itu sebagai surgaku

(jeffry)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More